IMUNISASI PCV

Pneumonia adalah suatu peradangan jaringan vital paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur. Jenis bakteri yang umum menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Sedangkan jenis virus yang juga menjadi penyebab pneumonia yaknivirus influenza, Respiratory syncytial virus (RSV), dan SARS-CoV-2. Pada orang yang terinfeksi HIV, Pneumocystis jiroveci merupakan jenis jamur yang menyumbang kenaikan jumlah kasus pneumonia. Mikroorganisme ini dapat menyebar melalui percikan air liur penderita ketika batuk atau bersin.

Seseorang yang terinfeksi pneumonia akan mengalami berbagai gejala meliputi demam, menggigil, kedinginan, batuk, nafas cepat, sesak nafas serta nyeri pada dada (Saputri et al., 2020). Pada saat orang sehat bernafas, kantung kecil (alveoli) dalam paru-paru berisi udara. Sementara pada penderita pneumonia, alvoli terisi dengan nanah serta cairan yang dapat membatasi asupan oksigen yang masuk sehingga pernafasan menjadi sulit dan terasa sakit. Penyakit ini bisa diderita oleh siapa saja, akan tetapi lebih sering dialami oleh anak dibawah 5 tahun. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuh balita belum terbentuk sempurna sehingga infeksi dapat berkembang lebih cepat daripada pneumonia yang menyerang orang biasa.

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian anak-anak akibat penyakit infeksi di dunia (WHO, 2022). Berdasarkan data United Nations Inter-Agency Group for Child Mortality Estimation2018, diperkirakan lebih dari 800 ribu kematian setiap tahun disebabkan oleh pneumonia. WHO menyatakan bahwa 14% dari semua kematian anak terjadi pada anak usia 1 hingga 5 tahun dengan estimasi 1 balita meninggal setiap 39 detik disebabkan oleh pneumonia. Besarnya angka kematian balita akibat pneumonia namun tidak dibarengi dengan perhatian khusus, sehingga penyakit ini sering disebut dengan The Forgotten Killer of Children atau pembunuh balita yang terlupakan.

Di Indonesia, pneumonia juga masih menjadi masalah kesehatan yang besar. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2018)menyebutkan bahwa prevalensi pneumonia balita di Indonesia sebesar 4.8 % dengan prevalensi tertinggi adalah pada kelompok usia 12 – 23 bulan yakni sebesar 6%. Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020 juga menyebutkan bahwa angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,16 % dengan angka kematian pada kelompok bayi lebih tinggi hampir dua kali lipat dibandingkan pada kelompok anak umur 1 – 4 tahun.

Faktor risiko yang berpengaruh terhadap infeksi pneumonia pada anak antara lain
malnutrisi sehingga daya tahan tubuh anak menurun; adanya penyakit infeksi lainnya seperti
campak, HIV; faktor lingkungan seperti tempat tinggal yang padat dan kumuh, polusi
udara dan asap rokok. Pencegahan pneumonia pada anak merupakan komponen penting dari strategi menurunkan angka kematian anak.  Anak-anak dapat dilindungi dari pneumonia, dapat dicegah dengan intervensi sederhana, serta dapat diobati dengan pengobatan dan perawatan yang murah berteknologi rendah. Pemberian imunisasi terbukti sebagai upaya paling efektif dalam mencegah penyebaran penyakit, mengurangi jumlah kesakitan dan kematian, serta menurunkan beban sosial ekonomi keluarga. Selain itu, pemenuhan gizi yang cukup merupakan kunci untuk meningkatkan pertahanan alami anak, dimulai dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan. Mengatasi faktor lingkungan seperti mengurangi polusi udara dan asap rokok dalam ruangan serta menjaga kebersihan lingkungan juga dapat menurunkan angka kesakitan akibat pneumonia.  

Sejak tahun 2013, vaksin DPT-HB-Hib dimasukkan dalam Program Imunisasi Nasional (PIN) sebagai upaya pencegahan penyakit pneumonia yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Hal ini dilaksanakan karena Hib merupakan penyebab kurang lebih 23% pneumonia yang serius pada anak. Upaya ini akan lebih efektif bila dibarengi dengan pemberian imunisasi Pnemococcal Conjugate Vaccine (PCV) sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat pneumonia secara maksimal.

Imunisasi PCV sudah didemonstrasikan oleh pemerintah pada tahun 2017 di 2 kabupaten di Provinsi NTB yaitu Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur. Pada tahun berikutnya, sasaran diperluas ke Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Utara, Lombok Tengah, Kota Mataram, Kota Pangkal Pinang, Bangka dan Bangka Tengah. Selanjutnya, sesuai rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization/ITAGI) 2019 pengembangan daerah pemberian imunisasi PCV diharapkan mencakup satu provinsi, supaya dampak program dapat dinilai secara signifikan pada daerah tersebut, maka imunisasi PCV juga diperluas ke seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Bangka Belitung. Capaian imunisasi PCV pada pelaksanaan program demonstrasi selama tahun 2017- 2019 cukup baik dengan rata-rata cakupan di atas 80%. Diperkuat dengan adanya tren kematian balita akibat pneumonia pada masa demonstrasi menunjukkan penurunan, maka ITAGI merekomendasikan agar cakupan diperluas sampai mencapai skala nasional.

Untuk itu, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.01.07/MENKES/6780/2021 sebagaimana diubah dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.01.07/MENKES/779/2022 tentang Pemberian Imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PCV), imunisasi PCV ditetapkan sebagai imunisasi rutin yang diberikan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur mulai tahun 2020 dan di seluruh wilayah Indonesia lainnya pada tahun 2022. Pelaksanaan imunisasi PCV pada daerah perluasan introduksi imunisasi PCV tahun 2022 dimulai pada bulan Juli 2022. 

Pada awal pelaksanaan introduksi imunisasi PCV dalam program imunisasi rutin, imunisasi PCV dapat diberikan pada bayi berusia 2 bulan dan selanjutnya dilengkapi dosis kedua pada usia 3 bulan dan dosis lanjutan pada usia 12 bulan. Vaksin PCV diberikan secara intramuskuler dengan dosis 0,5 ml di 1/3 tengah bagian luar paha kiri pada bayi.  Sasaran harus dalam keadaan sehat, artinya tidak sedang demam, diare, alergi, konsumsi obat-obatan, dan lain sebagainya. Apabila bayi sedang ada pada kondisi tersebut sebaiknnya imunisasi ditunda di lain waktu (Kementerian Kesehatan RI, 2022).

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI (2022). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PCV).

Kementerian Kesehatan RI (2018). RISKESDAS.

Saputri, E., Endarti, Dwi, & Andayani, Tri Murti. (2020). Tingkat Pengetahuan Orang Tua terhadap Penyakit Pneumonia dan Imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) di Indonesia. JMPF, 156-166.

WHO. (2022). Pneumonia in Children .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *